• Info Hidrasi
    • Infografis
    • Artikel
    • Kalkulator Hidrasi
  • Materi Edukasi
    • Modul
    • Kuesioner
    • Infografis
    • Flipchart & Komik
    • Video
  • Publikasi Ilmiah
    • Publikasi
    • Artikel Ilmiah
  • Kegiatan
  • Gerakan
    • IHWG Ambassador
    • IHWG Champion
    • AMIR
  • IHWG
    • Tim Kami
    • Sejarah IHWG
    • Visi & Misi
    • Tentang Kami
  • info hidrasi
  • artikel
  • penggunaan obat dan status hidrasi adakah hubungannya

Penggunaan Obat dan Status Hidrasi: Adakah Hubungannya?

06 Mar 2024 Waktu baca 3 menit

Image Source: Photo by Towfiqu Barbhuiya from Pexels

Putri Puspita Febrianty

Air adalah komponen terpenting yang menyusun 50-60% dari total massa tubuh dan kebutuhan tiap harinya bervariasi bergantung pada beberapa faktor seperti usia, keadaan fisiologi, aktivitas fisik atau kondisi iklim (1). Berdasarkan European Food Safety Authority (EFSA) (2010), kebutuhan cairan harian berkisar 2,5 liter untuk pria dan 2,0 liter untuk wanita, termasuk dari minuman maupun makanan padat (2). Sementara itu, menurut anjuran Kementerian Kesehatan (2019) dalam pedoman Angka Kecukupan Gizi, rekomendasi asupan air harian adalah sebanyak 2000 ml untuk perempuan dan 2250 ml untuk laki-laki dewasa.

Hidrasi yang cukup tentu dibutuhkan untuk memelihara kesehatan dan fungsi tubuh. Kecukupan hidrasi dapat dipantau dengan status hidrasi melalui parameter keseimbangan cairan. Keseimbangan cairan didefinisikan sebagai perbedaan antara cairan yang masuk (cairan dari makanan, minuman, dan proses metabolisme) dan cairan yang keluar (melalui kulit, ginjal, paru, dan sistem pencernaan). Keseimbangan cairan dihitung per hari dimana cairan yang masuk dan keluar harus seimbang. Jika cairan yang keluar lebih banyak maka akan terjadi dehidrasi (3).

Dehidrasi dapat terjadi karena kurangnya cairan yang masuk atau berlebihnya cairan yang keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor internalnya yaitu menurunnya rasa haus pada lansia sehingga rentan terjadi dehidrasi. Dehidrasi pada lansia tersebut kemudian dapat menyebabkan masalah pada organ-organ lainnya terutama ginjal. Faktor eksternalnya dapat disebabkan oleh penggunaan obat, terlebih lagi jika terjadi polifarmasi (penggunaan banyak obat dalam waktu bersamaan) dan dikonsumsi dalam jangka waktu lama (4).

Selain terjadinya dehidrasi akibat mengonsumsi obat, kondisi hiperhidrasi dan dehidrasi seseorang sebelum mengonsumsi obat dapat mengganggu farmakokinetik (nasib obat dalam tubuh) dan farmakodinamik (efek obat terhadap tubuh) suatu obat. Kondisi hiperhidrasi dan dehidrasi tadi dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh serta laju ekskresi obat di ginjal yang kemudian berakibat pada tidak optimalnya efek obat bahkan menimbulkan efek samping (5).

Obat yang Dapat Dipengaruhi Oleh Status Hidrasi

Golongan obat yang dipengaruhi oleh status hidrasi yaitu Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), obat yang sering digunakan sebagai penanganan nyeri ringan hingga sedang serta inflamasi. Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin (mediator nyeri). Prostaglandin ini sebenarnya memiliki peran untuk melebarkan pembuluh darah di ginjal. Namun, adanya kondisi penurunan fungsi ginjal karena dehidrasi ditambah lagi dengan mengonsumsi AINS (menghambat/menghilangkan prostaglandin) sehingga kondisi pembuluh darah ginjal menyempit yang kemudian berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Penggunaan AINS alangkah baiknya dilakukan saat status hidrasi normal (5). 

Obat yang Dapat Mempengaruhi Status Hidrasi

Terdapat beberapa cara suatu obat dapat meningkatkan resiko dehidrasi di antaranya mengurangi rasa haus, meningkatkan jumlah urin/diuresis, dan menimbulkan diare (5, 6). Beberapa contoh obat-obat jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Obat-Obatan yang Berhubungan Dengan Status Hidrasi

Efek yang Terjadi Golongan Obat Nama Obat yang Umum Dijumpai
Terganggunya farmakokinetik dan farmakodinamik obat karena kondisi dehidrasi AINS

Natrium Diklofenak

Indomestatin

Indometasin

Ketorolak

Asam Mefenamat

Ibuprofen

Ketoprofen

Naproxen

Selekoksib

Meloksikam

Piroksikam

Mengurangi rasa haus ACEI

Kaptopril

Enalapril

Lisinopril

Ramipril

Mengurangi rasa haus ARB

Valsartan

Kandesartan

Losartan

Irbesartan

Olmesartan

Telmisartan
Meningkatkan jumlah urin/diuresis Diuretik

Furosemid

Hidroklortiazid (HCT)

Spironolakton

Asetazolamid

Mannitol

Amilorid

Menimbulkan Diare Antibiotik

Ampisilin

Eritromisin

Neomisin

Kanamisin

Polimiksin

Tetrasiklin

Menimbulkan Diare Laksatif

Bisakodil

Laktulosa

Polietilenglikol (PEG)

Menimbulkan Diare Antasida

Magnesium hidroksida

Menimbulkan Diare Anti Neoplastik

Irinotecan

5-florourasil (5-FU)

 

  1. Obat yang mengurangi rasa haus

Persepsi rasa haus diduga berkaitan dengan sebuah sistem dalam tubuh yang disebut rennin-angiotensin system (RAS). Obat-obatan yang kerjanya menghambat sistem ini, contohnya golongan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI) dan angiotensin receptor blockers (ARB). Kedua golongan obat anti hipertensi tersebut berpotensi meningkatkan risiko dehidrasi (5).

  1. Obat yang meningkatkan jumlah urin/diuresis

Dehidrasi juga dapat disebabkan oleh obat golongan diuretik (5). Diuretik banyak digunakan sebagai anti hipertensi dan mengobati edema (pembengkakan karena /penumpukan cairan pada tubuh). Selain diuretik, ada juga herbal seperti ginseng dan kafein yang dapat meningkatkan jumlah urin (7).

  1. Obat yang menimbulkan diare

Diare sebenarnya efek samping paling umum dari penggunaan obat. Diketahui lebih dari 700 obat mempunyai efek samping diare. Namun, beberapa golongan obat yang tinggi frekuensinya menyebabkan diare yaitu antibiotik (sebagai anti infeksi), laksatif (pencahar), antasida (obat maag), dan anti-neoplastik (anti kanker) (6).

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa penggunaan beberapa obat dan status hidrasi memiliki hubungan satu sama lain. Sebelum mengonsumsi obat-obatan alangkah baiknya status hidrasi dalam keadaan baik untuk meminimalkan efek samping. Perlu diperhatikan juga, beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan dehidrasi dengan cara mengurangi rasa haus, meningkatkan jumlah urin, dan menimbulkan diare sehingga harus diimbangi dengan mengonsumsi cairan yang cukup.

  1. 1. Serra Majem L, Gil A (2014) Conclusions of the I International and III National Hydration Congress Madrid, Spain 3rd and 4th December. Rev Esp Nutr Comunitaria 20:2–12
  2. 2. EFSA Panel on Dietetic Products N, and Allergies (NDA) (2010) Scientific opinion on dietary reference values for water. EFSA J 8:1459
  3. 3. Riebl SK, Davy BM (2013) The hydration equation: update on water balance and cognitive performance. ACSMs Health Fit J 17:21–28
  4. 4. Puga AM, Partearroyo T, Varela-Moreiras G (2018) Hydration status, drug interactions, and determinants in a Spanish elderly population: a pilot study. J Physiol BiochemJ Physiol Biochem 74(1):139-151
  5. 5. Walter A, Lenz T. Hydration and medication use. Am J Lifestyle Med, 2011;5:332–335
  6. 6. Chassany O, Michaux A, Bergmann JF (2000) Drug-Induced Diarrhoea. Drug Safety 22 (1): 53-72
  7. 7. Natural Medicine Comprehensive Database Website. http://naturaldatabase.therapeuticresearch.com/. Diakses pada 21 Mei 2023.
Bagikan:

Kamu mungkin juga menyukai ini.

Rekomendasi Minum Air Sebelum, Selama, dan Setelah Berolahraga
27 Okt 2021 Waktu baca 5 min
Sudah Cukupkah Air Minummu Hari Ini?
25 Jan 2021 Waktu baca 1 min
Gejala Dehidrasi Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Harus Anda Waspadai
22 Nov 2021 Waktu baca 7 min
Copyright © 2021 IHWG
FAQ