Talkshow IHWG: Fakta dan Mitos Dibalik Minum Air
Pernah mendengar cerita jika minum air es bisa bikin badan jadi gemuk? Ternyata itu hanya mitos. Demikian diungkapkan Wakil Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG), dr. Aida Riyanti Sp.OG saat talkshow dalam acara The 7th Annual Women’s Health Expo & Bazaar 2015 di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Sabtu (25/4/2015).
Acara bertajuk “Fakta dan Mitos Dehidrasi Dibalik Wanita” itu mengungkap sejumlah hal menarik terkait fungsi dan manfaat cairan dalam tubuh manusia. Menjawab cerita klasik soal air es, dr. Aida bilang, air es sama sekali tak bisa membuat tubuh seseorang menjadi gemuk. Kata dia, air mineral atau air putih hanya mengandung 0 kalori, sehingga sama sekali tidak bisa menggemukkan.
“Entah itu air dingin (es) atau tidak, tapi saat air tersebut masuk ke dalam tubuh, maka akan menyesuaikan dengan suhu dalam tubuh. Jadi bila ada yang mengatakan minum es bisa membuat gemuk, artinya es tersebut sudah ditambah dengan gula, sirup, atau pemanis dan bahan sejenisnya,” jelas dr Aida.
Selain itu, ada pula yang sering bilang tidak mungkin dehidrasi saat berenang. Ini pun menurut dr Aida, hanyalah sebuah mitos, lantaran berenang juga merupakan salah satu aktivitas fisik yang mengeluarkan energi. Sekalipun aktivitas tersebut dilakukan di lingkungan lembab atau berada di bawah sinar matahari.
“Banyak perenang yang juga belum menyadari bahwa mereka kehilangan cairan karena tubuh mereka dalam keadaan basah. Jadi ini hanya mitos,” tegasnya.
Untuk itu, dr Aida meminta peserta yang hadir, yang rata-rata adalah ibu-ibu PKK dari sekitar DKI Jakarta agar selalu memperhatikan asupan cairan yang cukup. Dampak kekurangan air pada wanita, sebutnya akan mengakibatkan mudah bingung, sakit kepala, mudah lelah, mudah cemas, kewaspadaan menurun, serta sulit konsentrasi.
“Sekitar 60 persen tubuh kita adalah air. Jadi bayangkan saja jika tubuh kita kekurangan air. Tidak hanya rasa haus tapi juga berdampak pada terganggunya kesehatan kita,” paparnya.
Namun demikian, dr Aida menyampaikan bahwa kebutuhan cairan pada setiap orang berbeda-beda. Kebutuhan air pada wanita remaja dan lansia (normal). Misalkan, sebutnya, 10-12 tahun membutuhkan asupan air sekitar 1800 ml, atau 13-15 tahun sebanyak 2000 ml. Sedangkan usia 16-18 tahun membutuhan air sekitar 2100 ml. “Nah, pada usia antara 19 hingga 64 tahun harus minum air sekitar 2300 ml. Tapi nanti akan berkurang saat berusia 65 tahun ke atas, yakni 1500-1600 ml,” terang dia.
Talkshow kali ini juga menghadirkan dr. Sudung O Pardede, Staf Pengajar Divisi Nefrologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta. Sudung mengibaratkan bumi yang 2/3-nya adalah air, demikian tubuh manusia yang juga sebagian besar terdiri dari air. Untuk itu, sebutnya, air adalah bagian terpenting yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan kalau rasa haus baru minum. Kita harus minum setiap saat. Itu baru benar,” tegasnya.
Dibuka Menteri
Women’s Health Expo & Bazaar 2015 yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Medik Indonesia selama dua hari tersebut (Sabtu-Minggu) ini diresmikan oleh Menteri Kesehatan, Prof. dr. Nila Moeloek, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, dan Ketua PKK DKI Jakarta, Veronica Tan.
Dalam kesempatan tersebut, Veronika mengatakan bahwa pesan dari kegiatan tersebut akan dapat langsung menyentuh masyarakat jika dapat dilaksanakan di lingkungan sekitar masyarakat. “Saya melihat di sini banyak brand yang mendukung. Dan akan lebih menyentuh masyarakat bawah jika dapat diadakan di rusun (rumah susun), atau tempat lainnya di masyarakat,” kata isteri Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama ini.
Senada, Nila Moeloek meminta kepada penyelenggara agar tahun depan dapat diadakan langsung di masyarakat. “Saya setuju dengan bu Vero (Veronika-red), tahun depan kita adakan kegiatan serupa di masyarakat. Ini penting karena masyarakat bawalah yang justru harus tahu berbagai informasi kesehatan yang hari ini akan disampaikan,” katanya.
Sementara menteri Yohana menyinggung soal angka kematian ibu dan anak di Indonesia yang masih tinggih akibat minimnya informasi juga sarana-prasarana dan infrastruktur. Belum lagi soal kasus kekerasan seksual terhadap anak yang juga masih tinggi. Untuk ini dia berharap berbagai komponen masyarakat bahu-membahu, bersama-sama meminimalisir hal tersebut.
“Kami merencanakan akan memberi penghargaan kepada para kepala daerah yang memperhatikan perempuan dan anak. Kita punya komitmen untuk bangun bersama. Kita harus optimis supaya ada perubahan,” katanya.
“Ke depannya, apakah kita bisa bawah perempuan-perempuan menjadi setara atau bahkan lebih maju dalam berbagai bidang?,” tanya Menteri asal Papua ini. [pio]